Bahasa Kenangan
Pada kebanyakan orang saat ini penggunaan bahasa gaul sudah menjadi trend, dan umum sekali kita mendengar dimana mana.
Setiap pagi , hari sekolah , kami selalu berangkat bersama2 , siAyah akan kekantor, adik2 akan sekolah dan saya berangkat kuliah, lalu pagi hari sekali pada saat mulai membuka pintu kamar sudah terjadilah kata2 gaul itu, satu teriak depin maksudnya depan, satu teriak penggar maksudnya pinggir dan yang tak kebagian karena jengkel teriak tengeh yang tentunya ditengah, semua itu maksudnya menunjukan lokasi duduknya nanti dimobil pada saat kami berangkat, dan itu terjadi setiap pagi, teriakan pertama dipagi hari.
Pada saat pulang sekolah, karena haus biasanya kami selalu rebutan minum air, dan gelas yang ada dimeja makan entah siapa tuannya selalu jadi sasaran diminum, jadi bayangkan kalau ada yang sakit, bisa2 menular.
Masih urusan gelas minum, kami juga punya gelas yang kami sebut gelas “Para”, istilah itu kami ambil dari singakatan kalimat “ gelas para lelaki yang datang kerumah”.
Kata kata yang kami dapat kadang kala juga terilhami dari pergaulan kami diluar ataupun buku buku cerita yang kami suka baca.
Tapi kali ini kami kena batunya karena suatu saat kami bertemu dengan keluarga kami yang kembar, saking herannya karena baru tahu kalau ternyata mereka kembar tanpa sadar salah satu adik yang waktu itu masih SD ngomong : lho kalian tuh ternyata dogol ya ?
Sejak saat itu kami agak mengerem untuk memberi istilah kalau tidak tahu betul artinya ataupun hanya boleh beredar dikalangan dalam rumah saja, kalau tidak mau dimarahin orang lagi. Apalagi untuk adik yang terkecil dan masih naif.
Pernah suatu saat yang lain lagi kami sedang jalan2 bertemu dengan orang yang mungkin dikiranya kami adalah temannya dan berbicara panjang lebar dengan kami dengan ramainya, setelah orang itu pergi kami bertanya pada si adik , siapa itu ? Jawaban siadik singkat saja SA SK SD.
Istilah ini juga sampai sekarang termasuk bahasa yang masih populer dikalangan kami. Sayangnya banyak bahasa2 aneh lainnya yang hanya teringat oleh kami hanya pada saat kami kumpul2 semua, bisa dibanyangkan untuk pasangan2 kami dan anak masing2, betapa ruwetnya untuk mereka bila mendengar kami berbicara.
Rupanya tradisi seperti itu masih terus berkembang terutama pada adikku yang perempuan yang baru2 ini saya dengar ada istilah baru khusus untuk keluarganya terutama anak2nya yakni ashwadin. Mungkin pembaca ingat lagu jaranan yang dinyanyikan penyanyi cilik yang menggemaskan, lagu itu ternyata punya arti sendiri bagi keluarga kami. Pasalnya semata wayang anak kami ikut menjadi polisi kecil disekolahnya dan lagu jaranan itu dipakai untuk lagu pengiring senam polisi kecil pada saat pelantikan. Yang paling akhir kami gunakan adalah istilah jamaah, bukan hanya untuk sholat tapi untuk yang artinya barengan, seperti kata : kamu makan berjamaah deh biar cepet beres, kan kebayang yang denger mikir apaan itu....maksudnya sih coba deh makan sekarang bareng yang lain .....Atau kata2 : ah itu sih dijitak berjamaah kalau sama2 ngocol..... Ada satu lagi, baru inget nih istilah GK, sebetulnya artinya gali kubur, tapi jadinya dipakai kalau salah satu dari kami bersaudara tuh bawaannya sakit melulu, kan ada suatu saat badan kita gak sehat aja, nah saat ini kalau kita ngatain biasanya dengan kata2 , "udahlah istirahat aja lha wong badan udah GK gitu".....ngerti kan artinya ? Kadang bahasa yang aneh2 untuk telinga awam memang tidak terlalu berarti, tapi untuk kami bahasa2 itu mempunyai arti yang dalam untuk nilai persaudaraan juga nostalgia dimasa lampau, yang ternyata masih kami gemari walau usia sudah mulai senja. . Ditulis November 2000. tapi baru berani dipublikasikan sekarang.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home