Bahasa Jawa lama yang lucu....
Hari ini pagi2 buka email, ada lucu2 dimilis NCC, tentang macam2 bahasa, tadinya sih bahas nama2 makanan dalam bahasa daerahnya masing2 tapi lama2 jadi berubah ke nama unik2, jadinya tergelitik juga buat bikin ringakasannya. Disalin dari berbagai sumber warga NCC, makasih ya temans
Di Tegal :
lotek = rujak kangkung ,
di Bandung
di jawa tengah daerah lain :
Yang unik untuk binatang : Ada tambahan lagi : (AAN & INE DW) Aku dulu crita soal krasikan (kue ladu), kalau di losari, kata temenku di sebut lara gudik. :-) mbak Fat bilang ada kue namanya bol jaran :-) mengingat ini...aku ketawa sambil bergidik... Kalo di Jogja, singkong di sebut telo (nyebut 'o' nya kayak pohon), singkong goreng jg disebut balok, yang digoreng kering tipis disebut criping telo, trus yg diiris kecil, panjang2 , kerass bgt disebut manggleng. Ada Jamu yang nggak pahit, teksturnya kayak cream soup, diminum panas/hangat, rasanya manis pedas sarat rempah, namanya jamu jun. (u nya di baca rada bulat, mirip joen gitu) eh...di pesisir utara Jateng bagian timur di sebut jamu coro. (coro itu ada 2 penyebutan o nya, kalau di baca spt menyebut 'coba' artinya kecoa, kalau di baca spt menyebut 'contoh' artinya cara-secara) lha pertama mbaca jamu coro...kan yang terbayang seketika adalah kecoa. Betapa kayanya ragam bahasa kita ya ? Juga cukup lucu didengar hare gene, kayaknya jangan sampai hilang, perlu tetap dilestarikan untuk anak cucu kita nanti.
Anak kebo : gudel
Anak sapi : pedet
Yang lainnya :
Anak kodok : precil
Anak kadal : sawiyah
Anak kuda : belo
Anak wedus : cempe
nyamuk = jingklong
Trondolo = anak Jangkrik
Cindil = Anak tikus
Yang seru :
Anak Luthung(monyet) = Kowe
3 Comments:
Hai, apakabar? Sudah makan?
TFS ttg nama-nama lucu ini.
Pongge, berkenaan dengan duren, kalau tak salah artinya sebongkah, satu deret duren dalam satu rongga, satu pongge, artinya sederetan duren dalam satu rongga itu. Jadi, satu buah duren terdiri dari beberapa pongge. Makin banyak pongge-nya, makin banyak pula isi buahnya.
Kalau biji duren, sama saja disebutnya seperti biji nangka: beton, beton duren.
Salam,
Ophoeng
makasih ya sudah mampir dan memberi tambahan bahasa antiknya...
Memang sayang kalau gak dilestarikan...
Di Jogja yg benar kalau anak monyet itu "KOE" bukan "kowe". Dalam aksara Jawa akan ditulis KOHÉ tp dibaca KOE. Hanya dalam pengucapannya sepintas sama tp arti berbeda. Thanks.
Post a Comment
<< Home