Sunday, June 25, 2006

Bahasa Jawa lama yang lucu....

Hari ini pagi2 buka email, ada lucu2 dimilis NCC, tentang macam2 bahasa, tadinya sih bahas nama2 makanan dalam bahasa daerahnya masing2 tapi lama2 jadi berubah ke nama unik2, jadinya tergelitik juga buat bikin ringakasannya. Disalin dari berbagai sumber warga NCC, makasih ya temans

Di Tegal :

singkong = Bodin,
lotek = rujak kangkung ,
lotis = rujak buah,
kue lupis = alu alu,
nasi bogana = sega ponggo ,
kluban = urapan,
cabe rawit = tengis
tepung kanji = aci

di Bandung

tepung kanji = aci
cabe rawit = cengek
kerupuk kulit = dorokdok
gedang = pepaya
di Jawa tengah :
- cecek = nangka
- ubi jalar = munthul

di jawa tengah daerah lain :
gedhang = pisang,
biji duren = pongge,
biji nangka = beton,
pepaya = gandhul,
ubi jalar = mbolet

Yang unik untuk binatang :

Anak gajah : bledug
Anak kebo : gudel
Anak sapi : pedet

Yang lainnya :
Anak kodok : precil
Anak kadal : sawiyah
Anak kuda : belo
Anak wedus : cempe
nyamuk = jingklong
Trondolo = anak Jangkrik
Cindil = Anak tikus

Yang seru :
Anak Luthung(monyet) = Kowe

Sepeda onthel = sepeda
Montor Mabur = kapal terbang
cabe rawit = cabe jemprit

Ada tambahan lagi :

(AAN & INE DW)

Aku dulu crita soal krasikan (kue ladu), kalau di losari, kata temenku di sebut lara gudik. :-) mbak Fat bilang ada kue namanya bol jaran :-) mengingat ini...aku ketawa sambil bergidik...

Lara Gudig itu artinya sakit gudig alias gatelan/korengan.

Kalo di Jogja, singkong di sebut telo (nyebut 'o' nya kayak pohon), singkong goreng jg disebut balok, yang digoreng kering tipis disebut criping telo, trus yg diiris kecil, panjang2 , kerass bgt disebut manggleng.

Tp kalo di Temanggung, criping telo ini disebut balung kuwuk = tulangnya kerang yang buat main bekel kuwuk tuh.
Singkong yang di goreng kering, trus di lumuri besta, disebut balung kethek (tulang monyet) aku gak liat lagi manakan ini di mana-mana.
Nopia itu nyebutnya ndog gludug (hehehe.. pdhal gludug itu artinya halilintar..),Nopia di daerah purwokerto, yang mblenduk putih, dulu kan ada yang cap gajah. lha di masa kecilku di Solo, disebut ndok gajah. hihihi... emang kapan gajah ngendok (bertelur)?
Misro, kalau di solo di sebut klenyem.Tempo hari, sempat bingung juga waktu aku menyebut timus (solo -> ubi kukus di hancurkan dan dipulung spt kroket lalu di goreng), ada teman ini namanya utri (solo -> singkong parut di campur kelapa di bungkus daun dan dikukus) di sini katanya ketimus.
Rasanya misro disuatu tempat disebut juga rondo royal.....( janda royal)

Ada Jamu yang nggak pahit, teksturnya kayak cream soup, diminum panas/hangat, rasanya manis pedas sarat rempah, namanya jamu jun. (u nya di baca rada bulat, mirip joen gitu) eh...di pesisir utara Jateng bagian timur di sebut jamu coro. (coro itu ada 2 penyebutan o nya, kalau di baca spt menyebut 'coba' artinya kecoa, kalau di baca spt menyebut 'contoh' artinya cara-secara) lha pertama mbaca jamu coro...kan yang terbayang seketika adalah kecoa.

Betapa kayanya ragam bahasa kita ya ? Juga cukup lucu didengar hare gene, kayaknya jangan sampai hilang, perlu tetap dilestarikan untuk anak cucu kita nanti.

Siapa mau nambahin kosa kata ini ? silahkan.....

3 Comments:

At 4:57 AM, Anonymous Anonymous said...

Hai, apakabar? Sudah makan?
TFS ttg nama-nama lucu ini.

Pongge, berkenaan dengan duren, kalau tak salah artinya sebongkah, satu deret duren dalam satu rongga, satu pongge, artinya sederetan duren dalam satu rongga itu. Jadi, satu buah duren terdiri dari beberapa pongge. Makin banyak pongge-nya, makin banyak pula isi buahnya.

Kalau biji duren, sama saja disebutnya seperti biji nangka: beton, beton duren.

Salam,
Ophoeng

 
At 12:19 PM, Blogger D'ez said...

makasih ya sudah mampir dan memberi tambahan bahasa antiknya...
Memang sayang kalau gak dilestarikan...

 
At 1:17 AM, Anonymous Anonymous said...

Di Jogja yg benar kalau anak monyet itu "KOE" bukan "kowe". Dalam aksara Jawa akan ditulis KOHÉ tp dibaca KOE. Hanya dalam pengucapannya sepintas sama tp arti berbeda. Thanks.

 

Post a Comment

<< Home